Tentang kami
Kami mengajar dan bermitra dengan masyarakat perhutanan untuk membangun kembali metode produksi perkebunan hutan tradisional yang menghidupkan kembali ekosistem hutan sekaligus dengan menjaga habitat hewan terancam.
Kami memiliki visi untuk membangun kembali perhutanan Indonesia juga dengan masyarakat di areal sekitarnya, sekaligus dengan melawan perubahan iklim. Kami percaya dengan mempercepat forest regeneration bisa menguntungkan segala pihak. Selain membangun hutan dan membantu masyarakat, regenerasi juga memiliki efek yang signifikan untuk mengurangi emisi karbon dari lahan gambut.
Pengelolaan hutan dan sistem produksi yang kurang baik bisa mengakibatkan degenerasi hutan, ketidakberdayaan warga asli, dan akselerasi perubahaan iklim. Mencari solusi ini tugas kami.
Kami mengolah dan memproses NTFP untuk pasar skala global dengan cara membantu masyarakat sekitar areal hutan untuk mulai menggunakan metode pertanian “climate smart”.
Di tengah pertanian climate-smart berada revitalisasi budaya perkebunan hutan warga asli. Metode tersebut dilihat sebagai generatif secara ekologis dan sosial. Kami mendukung sifat berkelanjutan dan penskalaan pertanian climate-smart dengan cara membangun kemitraan pedesaan dan pemerintah untuk mencapai koneksi ke pasar global.
Nilai-nilai yang kami percaya membantu kami untuk membangun ulang budaya perkebunan hutan Indonesia:
Jujur, ekuitas, dan keadilan – Kami membangun kepercayaan antar sesama melalui kejujuran, dan berhubungan antara sesama dan professional dengan adil—terutama dengan masyarakat sekitar perhutanan.
Inklusifitas dan pemberdayaan: Kami bekerja dengan pandangan global, beragam, bertoleransi dan inklusif. Kami percaya dengan pemberdayaan petani hutan—terutama wanita—melalui kerja yang kami lakukan.
Perlindungan dan restorasi hutan dan lahan gambut – Ketika dihadapi dengan keputusan yang sulit, kami memprioritaskan yang terbaik untuk hutan – hutan, lahan gambut dan masyarakat sekitarnya. Kami bertujuan untuk meluaskan perhutanan. Kami sangat menghargai biodiversitas, pencegahan kebakaran, dan tidak melakukan penggundulan hutan.
Dalam waktu jangka panjang – Kami berinvestasi dalam kesuksesan jangka panjang untuk kehutanan Indonesia dan masyarakatnya. Kami menggunakan cara yang berjangka panjang dalam membangun kapital manusia, sosial dan alami di areal kerja kami.
Our History
2017
Cerita kami dimulai dengan menyediakan bibit vanili dan merica kepada petani – petani di pulau Kalimantan dan mengajar mereka untuk menanam rempah – rempah tersebut di hutan. Kabar soal produksi vanili dan Non-timber forest product lainnya di hutan dibawah pengelolaan pemerintah yang secara hukum tidak bisa digunakan sebagai lahan pertanian menyebar dengan cepat. Bersama dengan masyarakat petani lokal, kami memulai regenerasi secondary forest dan lahan pohon karet yang diabaikan. Metode ini dilihat sebagai cara membangun perkebunan hutan yang asli oleh masyarakat Dayak – alternatif yang terhormat dibanding metode pertanian monokultur dan ekstraktif.
2018
2019
2020
Founders
Pollinium’s founders met working on the Katingan Project in Borneo,
which is the world’s largest forest carbon initiative. We shared a vision to protect the special animal and plant biodiversity living in rainforest ecosystems while creating economic value for the local communities.
I Made Setiawan
(Co-Founder)
Asli dari Bali, Made mendapatkan edukasi dan pelatihan antropologi medis dan kesehatan masyarakat dari Amsterdam University and University of Illinois at Chicago. Made menjalani riset mengenai HIV/aids dan pencegahannya di Indonesia.
Dari tahun 2015-17, Made menjadi konsultan untuk Katingan Mentaya Project, proyek REDD+ terbesar di dunia yang berlokasi di Kalimantan. Ia bekerja dengan staff dan masyarakat sekitar untuk mengajar dan mengaplikasi wanatani dan agroekologi.
Pada tahun 2017, Made menjadi co-founder dan CDO daril Pollinium untuk memimpin pembangunan infrastruktur vanili dan non-timber forest product lainnya; yang bisa menguntungkan kelompok petani hutan dan membantu pemeliharaan areal hutan yang berkedudukan penting secara global.
Nicholas Scott
(Co-Founder)
Warga asli dari Skotlandia, mendapat edukasi di Inggris dan sedang menjalani S2 di bidang pertanian dan perkembangan di Reading University. Selama 4 tahun, Nicholas bekerja sebagai analis dan manajer portfolio di Permian Global, pendana yang berinvestasi untuk berbagai proyek REDD+ di negara – negara tropis.
Setelah mengunjungi banyak areal biodiversitas yang signifikan di skala global, impian lama dia untuk memperbaiki keterikatan masyarakat pedesaan dengan pertanian berkelanjutan dan akses kepada rantai pasokan global makin terbangun. Maka titik fokus pollinium adalah membantu masyarakat pedesaan membangun dan menjalani hidup alternatif yang mendorong perlindungan dan restorasi ekosistem perhutanan yang penting termasuk berbagai makhluk hidup yang tinggal disitu.
Pada tahun 2017, Nicholas menjadi co-founder Pollinium dan menjadi CEO untuk memimpin pembentukan perusahaan, mengumpulkan dana untuk memulai proyek – proyek pertama dan memimpin negosiasi dengan pembeli dari sekitar dunia.